Saya lagi berada di Kabupaten Malaka, daerah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste ketika diminta untuk support kerjaan di Waingapu, Sumba Timur. Bergegas siang itu saya kembali ke kupang melalui rute pantai selatan pulau Timor. Berharap lebih cepat tiba di Kupang malah dua kali harus terjebak pohon tumbang. Curah hujan yang tinggi dan angin kencang di bulan desember adalah penyebabnya. Rasa lelah bukan karna perjalanan jauh tapi jenuh menunggu lama dalam kendaraan dengan keadaan hujan lebat. Semakin menambah kekuatiran masih akan ada pohon yang tumbang. Kendaraanpun harus ikut masuk dalam antrian yang panjang. Kemalaman dijalan sudah pasti. Beruntung penerbangan besok siang hari.
Untuk yang kedua kalinya saya mendarat di Sumba Barat Daya dalam sebulan. Kehabisan tiket Waingapu memaksa saya harus melakukan penerbangan ke Tambolaka sebelum nanti melalui jalan darat menggunakan Travel. Keterbatasan dan jadwal travel yang hanya beroperasi sekali pada pagi hari tidak memberikan saya opsi lain selain pilihan menginap, dan melanjutkan perjalanan pada esok harinya.
RUMAH TARUNG
Ketika berada di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya akan banyak di temui bangunan berbentuk rumah joglo. Seperti bangunan penginapan ini. Lihat saja atap rumahnya yang mirip berbentuk kerucut. Tapi ini bukan di Jawa. Ini di Sumba. Dari gedung pemerintahan, rumah warga, tempat penginapan sampai tempat ibadah beraksitektur rumah adat Sumba, dengan ujung atap bangunan tinggi mencakar langit. Konon dikisahkan di dalam bangunan mengerucut tersebut disimpan barang-barang dan alat yang dianggap keramat. Setahun sekali dibersihkan dan disucikan. Mungkin sedikit mirip dengan hari raya pagarwesi di Bali. Istilah merapu bagi orang Sumba yang menganggap sesuatu yang bertuah dan perlu di sakralkan. Di ujung atap di tanjapkan simbol tanduk kerbau. Maklum hampir semua orang Sumba memelihara kerbau dan sebagai salah satu jenis kurban yang selalu di bunuh setiap ada upacara.
KUBURAN SUMBA
Salah satu keunikan menarik lainnya yaitu banyaknya makam megalitik. Kuburan-kuburan berukurun besar dan adapula dibuatkan rumah. Bisa untuk menampung beberapa jenazah. Dikisahkan apabila dalam sebuah keluarga ada anggota keluarga yang belum menikah maka akan dikuburkan bersama dengan kepala keluarga yang sudah lebih dulu meninggal. Dahulu kuburan seperti ini hanya dimiliki keturunan dan kalangan tertentu saja, namun sering perkembangan siapa saja boleh membuat makam semacam ini. Namun di sesuaikan dengan keadaan yang ada.
PARANG SUMBA
Pemandangan ngeri-ngeri sedap ketika melihat kebanyakan pemuda sampai orang dewasa masyarakat di Sumba Barat selalu membawa parang sumba dalam beberapa kesempatan aktivitas mereka. Ke pasar, masuk ke pertokoan atau akan bepergian ke suatu tempat, parang sumba selalu ada di pinggang. Pemandangan semacam ini ditempat lain mungkin bisa dinggap negatif. Bahkan dianggap akan melakukan perampokan ketika membawa parang ke suatu pusat perbelanjaan. Bertolak belakang dengan beberapa kota di Indonesia dimana pihak kepolisian lancar melakukan operasi senjata tajam, justru disini parang sumba bebas di bawah-bawah dan di jual sebagai souvenir dan oleh-oleh bagi pelancong.
BUKIT WAIRINDING
Belakangan ini adalah salah satu destinasi favorit di Sumba Timur. Kehadiran media sosial sangat membantu memviralkan tempat ini. Letaknya yang berada persis di jalan utama Waingapu menuju Waikabubak sangat memudahkan untuk mencapai lokasi ini. Panaromic lembah ditengah padang sabana. Jika beruntung datang di musim penghujan dimana bukit-bukit kering menjadi hijau. Bagi para Igers atau selebgrab mungkin spot ini bisa menambah follower. Sungguh sangat memukau alam Sumba ini.