Kedap Kedip Mata Wisata Pantai Liman - Seiring peradaban manusia, travelling sudah menjadi lifestyle. Kalau mau dibilang bak pandemi yang mewabah dalam artian positif hampir disemua kalangan. Sebagian orang memikirkan tujuan destinasi, mempersiapkan tabungan bepergian dan mencari waktu buat liburan. Beberapa mencari sponsor perjalanan. Adapula yang mensiasati dengan cara bekerja sekalian jalan-jalan atau travelling sambil bekerja.
Paska covid19 disaat hampir sebagian orang mereschedule kegiatan menuju new normal termasuk menunda waktu liburan dan mengganti tujuan destinasi. Saya mendapat kesempatan bekerja sambil jalan-jalan lagi. Mungkin benar "tujuan bukanlah suatu tempat, namun sebuah cara pandang baru". Dan tempatnya adalah Pulau Semau. Pulau yang baru pertama kali ini akan saya datangi dari sekian pulau yang saya pernah kunjungi. Ironis memang ketika pulau yang tak kelihatan mata disambangi ketimbang yang tampak mata. Pulau dipelupuk mata berdurasi setengah jam penyeberangan menggunakan perahu motor.
Ketempat baru selalu menantang dan menyenangkan. Karna nantinya akan menjadi bagian dalam diri sebagai bekal pelajaran hidup. Pulau Semau tidak asing untuk masyarakat NTT. Pulau yang katanya keras. Pulau yang juga tempat asalnya Gubernur NTT Viktor Laiskodat. Politisi yang bagi sebagian banyak masyarakat NTT sangat fenomenal.
Angin, gelombang kecil, matahari pagi dan deru mesin perahu motor berganti terik panas Pulau Semau. GPS menuntun Perjalanan ke Semau Selatan. Disanalah lokasi Pantai Liman yang belakangan Viral di masyarakat Kupang. Jalan yang tak mulus, sebagian aspal berlubang dan masih bertanah putih bukan hal baru dan aneh bagi saya. Memang masih hampir sebagian besar obyek wisata di NTT masih berbenah. Akses jalan belum memadai. Mau tidak mau suka tidak suka harus menikmati perjalanannya. Sambil mengingat tulisan kocak yang menghibur "nikmati jalan berlubang". Digaskan saja. Dengan kondisi jalan beradventure butuh dua jam untuk sampai di desa Uituhtuan tempat lokasi pantai nan cantik bersolek.
Kalau perjalanannya saja sudah dinikmati apalagi obyeknya wisatanya. Tinggal dinikmati saja. Pantai ini termasuk pantai yang paling komplit menurut saya dari unsur panorama alamnya. Pasir halus yang bisa berubah warna putih kemerahan. Bibir pantai yang melengkung. Tonjolan bukit gundul. Pun batu karang yang dihempaskan gelombang. Eksotiknya menonjol, keunikannya ada, ketenanganpun dapat. Saya merasa terdampar di sebuah pulau kosong karena ketenangan pantainya.
Tak jauh mata memandang sebuah pulau kecil. Desas desusnya akan dijadikan sebuah kasino. Geliat masyarakat desa setempat ikut terasa menyambut dengan bersemangat meskipun harus dengan tatanan kehidupan baru. Terpancar wajah penuh harapan Bapak Yunus, tua adat dan kadis pariwisata yang sempat saya kenal. Terima kasih untuk tawaran menginap di cottage dan undangan makan daging rw dari bapak berdua. Kelak tempat ini akan familiar dengan ciri khas orang-orang setempat yang keras namun terbuka dan bersahaja.
Suatu saat saya akan kembali disana untuk bermalam. Sungguh akan sangat lebih baik melihat sesuatu satu kali, dari pada mendengarnya ribuan kali. Ayoo "Jangan percaya apa yang mereka katakan. Pergi, datangi, dan lihatlah sendiri"