Akhir Kesan Kisah Naif di Tanah Sandalwood

Jangan mengingat kebaikan yang pernah kamu lakukan,
tapi ingatlah kebaikan yang orang lain lakukan kepadamu. 

Medio tahun 2000an, saya mencoba menarik lorong waktu bebera tahun silam. Waktu itu masa liburan. Tetiba saya diajak Umbu Yanto teman kos untuk mudik balik kampung naik kapal laut. "Ayo ikut pulang. Nanti turun di Sumba, baru lanjut ke Kupang pakai fery penyebrangan". Ajakan yang tanpa rencana sebelumnya. Tanpa ada informasi kepada orang tua di kampung. Saya yang baru pertama kali merantau dan kangen keluarga seakan terhipnotis dengan ajakan tersebut.

Awal Mulanya
Siang itu saya naik kapal laut rute Bali-Mataram-Sumba-Ende-Kupang. Perjalanan yang membuat saya beberapa kali hampir mengurungkan niat karena tidak punya ongkos tiket yang cukup. Terbesit rasa takut di lempar ke laut oleh ABK Kapal.  Perasaan saya saat itu seperti kapal yang selalu di ombang-ambingkan.

Butuh nyali dan nasip baik untuk mengelabui para ABK saat pemeriksaan tiket di pelabuhan Mataram. Saya yang ragu-ragu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Kupang atau turun di Sumba sesuai rencana awal, akhirnya kehilangan kontak dengan teman yang sudah terlebih dahulu turun.

Kekurangan akses informasi waktu itu membuat saya tidak sempat menghubungi keluarga, ataupun kenalan di Sumba. Serasa menjadi milineal angkatan lawas. Apesnya lagi kapal penyeberangan esok harinya tidak berlayar karena cuaca buruk. Saya semakin di buat risau memandang dermaga. Ya sudah, setiap resiko adalah tantangan. Masih beruntung tidak terdampar di pulau kosong. Dengan membatin saya mencoba menguatkan hati.

Penginapan Bersahaja
Akhirnya, Yanto salah seorang dari beberapa pemuda yang saya kenal di pelabuhan mengajak saya ikut pulang bersamanya. Saya di antar ke rumah Om Kornelis Manutede. Di rumah Om Kone biasa di sapa ini saya menghabiskan liburan selama seminggu di Sumba. Om Kone adalah pria separuh baya yang masih bujangan kala itu. Dia sendiri yang memasak untuk kami setiap hari selama menginap di rumahnya. Serasa menginap di hotel dengan pelayanan langsung oleh sang pemilik hotel. Saya seorang asing yang diperlakukan bak anak raja di istana. Merasa tidak layak diperlalukan seperti tamu terhormat membuat saya enggan menetap berlama-lama. 

Dirumah ini pula hampir setiap hari berkumpul beberapa pemuda yang datang silih bergantian mengajak berkeliling kota Sumba Timur. Saya yang awalnya merasa sungkan dan tak ingin menetap berlama-lama, akhirnya menikmati trip berpengalaman yang menjadi warisan berharga dalam hidup saya.

Bersua Om Kone
Waktu terus bergulir. Namun tak lekang  di ingatan saya akan cerita ini. Terus saya kisahkan kepada keluarga, kolega dan rekan setiap kali membahas tentang Sumba. Dalam hati bergumam "suatu saat nanti saya harus berkunjung". Tahun kemarin, dua kali kunjungan ke Sumba, karena pekerjaan saya lebih banyak menghabiskan waktu di Sumba Barat. Kali ini di Sumba Timur, keinginan  ini harus segera terwujud.


Di sela-sela kesibukan, dengan menggunakan kendaraan yang di pinjam dari  teman, saya bergegas menuju tempat om Kone. Keadaan dan suasana yang sudah sangat jauh berubah membuat saya harus beberapa kali berhenti untuk bertanya. Dari halaman terlihat pria paru baya itu sedang menikmati kopi di teras depan rumah. Sungguh di luar dugaan saya. Om Kone yang saya bayangkan sudah tua dan tidak kuat lagi ternyata masih kelihatan segar. Ingatannya masih sangat kuat. Barangkali tips awet muda dilakukan dengan baik olehnya. Suasana kehangatan dirumah ini pun masih tetap seperti dulu.


Kami saling berbagi cerita. Banyak hal di ceritakan oleh om Kone dengan runtut dan jelas. Seperti lyric lagu rohani "suka dan derita silih bergantian", ada cerita bahagia adapula cerita sedih. Yanto, teman yang mengantarkan saya ke rumah Om Kone meninggal dunia dua tahun lalu. Saya kembali membatin. "Segala yang terjadi dalam hidup ini adalah sebuah misteri ilahi". "Kalau kamu baik, selain namamu yang membekas di hati orang lain adalah kebaikanmu,  juga perbuatannmu itu tidak akan mati. Ada pesan edukasi bahwa selalu ada kesempatan untuk berbuat baik. Jangan tunda untuk melakukannya. Saat melewatkannya pasti akan merasa menyesal. Teruslah menabur kebaikan. 



Akhir Kesan Kisah Naif di Tanah Sandalwood

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *